Awalnya ada tanya, kemudian tak terjawab, entah menjadi kepenasaran atau mungkin akan berubah muak. Kisah terlukis akibat sejarah terjadi, romantika pun tak luput dari pena kenangan yang tergores diatas kanvas putih tak berwujud. Ada hati yang kemudian bertanya. Ia ingin jelas, namun takut untuk tegas. Hati itu menjadi boomerang ketika kisahnya mulai tertulis dalam jiwa yang sedang mencari.
Dunia hanyalah persinggahan, mungkinkah kan terkenang di alam yang kekal? Kitapun kembali bertanya, dan kemudian bertanya lagi, akhirnya hidup pun menjadi mistery. Kapan, bagaimana, kenapa, siapa dan untuk apa. Apa sih yang dipertanyakan? Kemarin engkau mengatakan iya, mengapa esok kan kau ubah, adakah jiwa yang sedang tergoda. Kenapa bisa sakit, pilu dan mengapa harus resah, padahal pedih itu ada diantara cintamu. Awalnya suka kemudian duka, mengapa cinta harus bersama luka. Awalnya tak sadar, "mengapa harus begini?" pertanyaan pertama terlontar pada mulut yang sedang bimbang karena ada hati yang meragu.
Kawan….kata-katamu yang kuucap sepanjang awal goresanku ini, selalu terngiang dan tanpa kusadar itu berkali-kali terucap. Adakah ini salahku? Karena aku yang tak tersadar akan hidup ini, aku akui bahwa kesenangan dan kemauan diri yang hanya ku ikuti, tanpa pernah aku berpikir bahwa ada hati yang sedang berontak karena ada yang tak adil. Seandainya waktu dapat kembali untuk perbaiki yang lalu, mungkin sesalku tidak sesesal saat ini.
Kawan, ketahuilah bahwa aku tak pernah berniat untuk jauh dari dirimu, mungkin jika kau mendengar, kau seakan muak karena aku yang baru tersadarkan. Mungkin cintamu yang pernah kau ungkapkan dulu, baru saat ini mengenai anuragaku, jiwa dan perasaanku terketuk setelah sekian lama kasih sayang dan cintamu yang bertepuk sebelah tangan mengusik diriku. Mungkinkah rasa dan asa itu masih ada untukku. Jujur kukatakan, bahwa kuakui saat engkau datang padaku, lucu yang kurasa, mengapa ada hati yang menyukai dan mencintai. Engkaupun tak pernah menganggap aku tak perasaan, tapi sebelum engkau pergi kau hanya berucap bahwa " mungkin belum saatnya cintaku terjawab " akupun terdiam dan bertanya " apakah itu cinta?"
Jelaslah kini penyesalanku akan arti dari ucapanmu itu. Kawan masih sudihkah diri ini engkau maafkan karena khilafku, jujur kukatakan bahwa kenangan dan cerita-ceritamu walau dulu aku muak mendengarnya, namun kini terkenang jelas dalam ingatanku, ada kehilangan yang kurasa setelah kutimang-timang cerita kita. Kawan, ada penantian dari diri yang malang ini Adakah hati yang telah pergi akan kembali untuk menyinggahi alam bawah sadarku lagi. Aku kesepian, gumam deritaku pada hati yang baru sadar, namun untuk apa semuanya itu bila hari ini engkau telah pergi. Bila engkau menyarankan untuk mencari yang lain, mungkin akan ada diri yang mengamuk.
Kawan aku ingin berteriak dan memakimu, karena engkau menitip kesan dan kenangan manis yang terpatri dalam ingatanku. Akankah diri yang malang ini adalah korban dari perasaanmu yang tak terjawab? Engkau pernah menyebut Karma, inikah yang pernah kau sebut itu? Bisakah engkau mengembalikannya kawan?
aafkan aku, aku terlambat menyadarinya dan kini, aku benar-benar mengimpikanmu untuk hadir disisiku, aku benar-benar tertakluk dalam dunia kenangan yang kau bangun. Aku tidak ingin ini menjadi boomerang bagi diriku. Kawan dimanakah engkau kini? Jika memang hatimu telah terbagi, masih adakah ruang hatimu untukku kutempatkan penyesalanku dalam maaf yang tak terhingga?
Kawan untuk kesekian kalinya aku berteriak hingga paruh nafasku, bahwa aku takakan lelah mencarimu karena cintaku yang hilang, kubagi derita dengan kenangan bersamamu, kuayunkan kata untuk kau dengar bahwa aku sedang mencintaimu. Biarlah kini cintaku yang bertepuk sebelah tangan, asal ada ruang untuk kuteduh dibalik sanubari senyummu. Karenamu aku terketuk hingga karenamu pula aku takluk. Jika engkau masih sudi mendengar goresanku ini, kabarkan pada esok bila ada yang bisa engkau jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar